Dalam acara pidato kepresidenan
periode tahunan menyambut HUT kemerdekaan NKRI 17 Agustus 2009
dilaksanakan maju dua hari tanggal 14 Agustus dari biasanya tiap tanggal
16 Agustus. Entah sengaja atau tidak, yang jelas panitia dan para
hadirin tidak mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sekilas
tampak sebagai kejadian yang tidak terlalu wingit. Namun bagi saya
pribadi, kealpaan itu merupakan proyeksi atas apa yang kini tengah
terjadi dalam kehidupan kebangsaan RI. Dan mungkin perlambang apa yang
akan terjadi ke depan. Sebenarnya saya tidak mau pusing oleh peristiwa
itu. Namun kiranya perlu mengambil pelajaran berharga dari peristiwa
tersebut. Dan bukanlah peristiwa yang main-main saja, sebaliknya hal itu
menjadi aksiden fatal akan nilai-nilai kebangsaan.
Acara kenegaraan di hadapan sidang
majelis dan dewan rakyat tertinggi itu, tentunya melibatkan ratusan
bahkan ribuan otak, pikiran, hati, dan batin warga bangsa Indonesia yang
telah dibayar mahal untuk pekerjaan dan tanggungjawab yang belum tentu
sukses dijalankan.
Kenapa persoalan mendasar dan sangat
penting sampai terjadi kelupaan. Itulah gambaran sekilas apa yang tengah
terjadi di dalam tubuh para pemimpin kita. Khilaf, lupa, teledor,
ceroboh, nekad adalah sikap negatif yang sering.
Ataukah menyiratkan kondisi sesungguhnya
sebagian warga bangsa yang telah benar-benar kehilangan jati diri
bangsa. Sehingga peristiwa itu terjadi sebagai pepeling agar supaya dapat dijadikan bahan instrospeksi, untuk selalu eling dan waspada
menghadapi “penyakit kronis” dari dalam tubuh NKRI sendiri. Ataukah
peristiwa itu hanya ingin mengabarkan kepada orang-orang yang masih
setia kepada NKRI, yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi untuk
menyadari bagaimana sesungguhnya suasana hati dan pola pikir para
pejabat dan pemerintah, serta orang-orang yang dipercaya menjadi
negarawan. Bisa jadi menjadi peringatan generasi penerus bangsa bahwa di
depan ada kekuatan destruktif yang akan menjadi perusak semangat
Bhineka Tunggal Ikka.
Marilah kita tingkatkan sikap eling waspada, dengan melakukan instropeksi diri, mulat sarira, mawas diri, otokritik.
Menjadi orang yang BISA RUMANGSA, bukannya RUMANGSA BISA.
Jayalah Bhineka Tunggal Ikka
Tetap Teguh NKRI
Tetap berkibar Merah Putih
Bangsa yang menggapai kesadaran spiritual
Bukan lagi Kesadaran Palsu yang Membelenggu
Tetap Teguh NKRI
Tetap berkibar Merah Putih
Bangsa yang menggapai kesadaran spiritual
Bukan lagi Kesadaran Palsu yang Membelenggu
S U M P A H R A K Y A T J E L A T A
BERBANGSA SATU, BANGSA YANG ADIL, MAKMUR, DAN SENTAUSA
BERBAHASA SATU, BAHASA YANG JUJUR, ARIF, DAN BIJAKSANA
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR PENUH KETENTRAMAN & KEDAMAIAN BERRAHSA SATU, DALAM RAGAM SUKU, AGAMA, BUDAYA
BERBAHASA SATU, BAHASA YANG JUJUR, ARIF, DAN BIJAKSANA
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR PENUH KETENTRAMAN & KEDAMAIAN BERRAHSA SATU, DALAM RAGAM SUKU, AGAMA, BUDAYA
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar